Saturday, February 25, 2006

ANAK ADALAH KASIH ALLAH

Dari pengalaman saya melayani pastoral perkawinan ini, saya bisa menghitung dengan jari berapa calon mempelai yang secara langsung mengungkapkan harapannya, bila dikarunia anak mereka ingin supaya diantara mereka ada yang 'terpanggil' untuk menjadi iman, biarawan-biarawati. Dengan menyebut nama Tuhan dalam kontek 'membicarakan anak' dalam pembicaraan itu saya hanya ingin menyampaikan harapan gereja, dan mengajak calon orang tua itu untuk menyadari apa artinya menjadi orang tua dan bagaimana mereka bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka.
Iman gereja katolik sejak dulu mengakui bahwa anak itu adalah karunia, buah kasih (bukankah Allah itu adalah kasih). Orang Jawa menggunakan ungkapan, anak adalah "titipan Dalem". Dari keyakinan ini nampak bahwa anak memang semata-mata bukan 'milik' mutlak orang tuanya. Tetapi merupakan karunia dan buah kerja sama antara Allah dan manusia dalam karya penciptaan. Terus terang banyak orang tua yang tidak memahami ini. Bahkan ada orang tua yang berpendapat bahwa anak itu adalah "akses atau jaminan masa depan". Artinya dengan melahirkan, mendididik dan membesarkan anak mereka berharap dan mempunyai maksud agar masa tuanya nanti terjamin. Well, itu baik hanya kalau orang tua hanya berpikir mengenai masa depannya sendiri, maka kebebasan anak tidak akan bisa terjadi. Yang terjadi, mereka memaksakan kehendaknya kepada anak, misalnya dalam hal memilih sekolah, dll. Anak selalu dianggap 'anak kecil' yang tidak dan belum tahu apa-apa. Sebagaimana disebut dalam tujuan perkawinan, tugas orang tua itu mendidik anak. Pendidikan anak ini pada hakekatnya membantu anak (bukan menguasai) menumbuhkan dan memperkembangkan dirinya menjadi manusia dewasa secara manusiawi dan kristiani sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.
Dengan bertumbuhnya umur, dan berkembanganya kedewasaan baik secara rohani maupun jasmani, anak akan tahu apa yang menjadi tugasnya. Saya menyinggung tugas orang tua selesai dan kemudian menjadi milik Tuhan....!! Lebih saya kaitkan dengan keluarga sebagai "gereja mini" dan sekaligus sebagai "seminari kecil". Bila dalam keluarga tradisi, kebiasaan hidup kristiani, teladan baik dari orang tua menjadi acara hidup mereka, benih panggilan itu akan tumbuh dari sini. Apalagi bila dalam hati orang tua menginginkan supaya diantara anaknya ada yang terpanggil, dan mengkondisikan keluarganya seperti itu, panggilan itu akan tumbuh. Walaupun tetap bahwa anak bebas menentukan masa depannya sendiri. Boleh percaya atau tidak, dari sekitar tujuh puluh persen orang yang membaktikan diri menjadi imam, biarawan-biarawati, adalah mereka yang sejak kecil 'berkutat' disekitar altar lo...jadi misdinar itulah yang paling banyak. Kiranya cukup sekian dulu, maaf bila terlalu panjang, terima kasih atas sharingnya.
Setelah kita melihat pandangan gereja tentang perkawinan dan masalahnya, sampailah kita pada ajaran perkawinan menurut Konsili Vatikan II. Hal ini bisa diketemukan dalam konstitusi "Gaudium et Spes". Namun sebelum kita lihat lebih detail apa yang dikatakan oleh konstitusi, baiklah kita perubahan pengertian perkawinan sebagai akibat debat yang terjadi pada masa itu.
Pada waktu itu, muncul dua pandangan berbeda mengenai perkawinan dan hidup berkeluarga, yang akhirnya dua pandangan ini bertemu dalam konstitusi Gaudium et Spes. Dua pandangan itu adalah melihat perkawinan sebagai persekutuan cinta kasih dan dilain pihak melihat perkawinan sebagai lembaga prokreatif. Perbedaan pandangan mengenai hakekat perkawinan ini mempunyai akibat pada perbedaan pandangan mengenai hakekat hubungan seks suami-istri. Pandang pertama melihat hubungan seks suami-istri sebagai ungkapan cinta, dan yang lain menekankan makna prokreatifnya. Dampak yang jelas dari perbedaan hakekat dan akibatnya ini nampak sekali pada perdebatan mengenai moralitas pencegahan kehamilan. Maksud konstistusi Gaudium et Spes mau meneguhkan kembali padangan kristen mengenai keluhuran dan kesucian perkawinan, dan menghimbau umat kristen untuk membaharui semangan kristen dalam bidang perkawinan dan hidup berkeluarga. Hal yang baru dalam konsili Vatikan II mengenai perkawinan ini adalah pandangan teologisnya, bahwa perkawinan merupakan suatu 'perjanjian", padangan ini lebih biblis.
Konstitusi diawali dengan melihat kenyataan kongkrit yang terjadi disekitar masalah perkawinan. Mereka menyatakan bahwa martabat perkawinan telah dikabutkan oleh poligami, perceraian, cinta bebas dan penyelewengan lainnya. Cinta pernikahan diperkosa oleh cinta diri, hedonisme dan prakte kontrasepsi yang tak halal.
Konsili menegaskan kembali beberapa pokok ajarannya. Persatuan hidup dan cinta kasih suami-istri yang mesra, yang diciptakan oleh Pencipta dan dilengkapi dengan hukumNya, diwujudkan oleh perjanjian nikah atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali. Allah sendirilah pendiri nikah yang dilengkapi dengan pelbagai nilai dan tujuan. Kristus menemui suami-istri kristen melalaui sakramen nikah. Tuhan telah memulihkan, menyempurnakan dan mengangkat cinta kasih suami-istri dengan anugerah rahmat dan cinta kasih suami-istri dengan anugerah rahmat dan cinta kasih khusus yang dinyatakan dan dilaksanakan secara istimewa dalam hubungan seksual. Cinta kasih ini disahkan terutama oleh sakramen.
Nikah dan cinta kasih suami-istri dari kodratnya terarah untuk mengadakan dan mendidik keturunan. Maka pembinaan cinta itu bertujuan agar suami-istri bersedia dengan jiwa yang mantap bekerja sama dengan cinta kasih Pencipta dan Juruselamat. Dalam tugas itu, suami-istri tidak boleh bertindak sekehendak hati melainkan selalu harus dibimbing oleh hatinurani, sambil bersikap terbuka terhadap magisterium Gereja. Seringkali jumlah anak tidak dapat ditambah tanpa kesulitan. Namun sejak pembuahan kehidupan harus dilindungi. Pengguguran dan pembunuhan anak adalah kejahatan yang paling keji. Dalam mengatur pengadaan keturunan, putra-putri gereja tidak boleh mengikuti jalan yang dicela oleh Magisterium. (lihat art.47-51) Kalau ingin lebih mendalami and bisa membaca bukunya Rm. Purwa Hadiwardoya msf, berjudul"Perkawinan dalam Tradisi Katolik" yang menjadi sumber penulisan saya ini.
salam dan doa
MoTe

No comments: