Friday, February 24, 2006

“MENDIDIK ANAK YANG BAIK” (2)

Kembalikan Anak ke Rumah dan Orang tuanya
Dari penjelasan Kitab Suci kita bisa belajar banyak bagaimana seharusnya kita mendidik anak-anak kita. Satu fenomena yang sekarang ini menjadi keprihatian kita bersama adalah hilangnya anak dari rumah kita. Bagi kebanyakan anak rumah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman, yang memungkinkan mereka bisa belajar hidup. Rumah tidak lagi dirasa dan dialami sebagai ‘home sweet home’. Banyak anak menjadikan semacam ‘warung’ tempat mereka singgah dan pergi hanya untuk kepentingan sesaat. Tentu fenomena ini bukan tanpa alasan. Kesibukan kedua orang tua mencari nafkah, menghabiskan seluruh waktunya di luar rumah menjadi alasan mengapa anak tidak krasan tinggal di rumahnya sendiri. Mereka merasakan kesepian seorang diri, tidak ada orang yang bisa diajak bertukar rasa dan pengalaman. Orang tuanya, yang semestinya menjadikan suasana rumah hidup dan bergairah tidak pernah ditemukan. Keceriaan yang diharapkan menjadi warna kehidupan rumah seperti mimpi indah yang tidak mungkin bisa dialami.
Harus diakui pula bahwa banyak orang tua yang sebenarnya kurang atau tidak siap dan mampu menjadi orang tua. Mereka kurang tahu bagaimana seharusnya ‘berfungsi’ sebagai orang tua. Mereka menjadi sibuk dengan diri sendiri dan karirnya. Seringkali dengan alasan yang nampaknya baik, ‘bekerja keras demi kebahagiaan keluarga’ mereka tanpa sadar justru berbuat sebaliknya. Ketidak-hadiran mereka dalam keluarga, tersitanya seluruh waktu untuk aktivitas di luar rumah membuat anak justru kehilangan waktu, perhatian dan kasih mereka. Lebih parah lagi bahwa ada orang tua yang mempunyai prinsip yang kurang tepat. Mereka menganggap tugas orang tua sudah terpenuhi bila mereka telah memberikan segala kebutuhan materi kepada anak-anaknya. Mereka lupa bahwa anak tidak hanya butuh uang dan materi, tetapi kasih dan perhatian.
Kembalikan anak-anak kerumah dan orang tuanya. Kiranya anjuran ini bukanlah tanpa alasan. Belajar dari pengalaman hidup Jesus dan tradisi Kitab Suci menjadi jelas bagi kita bagaimana rumah dan orang tua mempunyai fungsi yang sangat menentukan bagi berkembangan hidup dan kepribadian anak-anak.
Mengembalikan anak ke rumah, bukan berarti membuat anak berdiam seorang diri, menjadi sibuk dengan fasilitas modern yang disiapkan oleh orang tua. Diam di rumah bukan berarti menghabiskan waktu dengan duduk di depan komputer, nitendo, internet, tv, vcd player dan segala alat-alat mewah yang menyenangkan. Anak memang ada di rumah namun kehadiran di rumah menjadi ‘mati dan diam’ karena mereka sibuk dengan sendirinya sendiri. Mengembalikan anak diam dan tinggal di rumah adalah membuat anak merasa bahwa rumah adalah tempat mendapatkan keteduhan dan perlindungan dikala mereka lelah dalam mempersiapkan diri untuk masa depannya. Menjadikan rumah tempat untuk belajar hidup, belajar moral, sopan santun dan merasakan dan mengalami kasih yang dicurahkan oleh orang tua.
Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang berusaha hadir bersama anak-anaknya. Mereka yang terus berusaha mengikuti perkembangan pribadi anak-anak. Mereka yang selalu mempunyai hati dan kasih dan berusaha memahami dan mengerti pergolakan yang sedang di alami oleh anak-anaknya. Mereka yang sungguh bisa dan berusaha hadir dikala anak-anaknya membutuhkan dukungan dan doa. Yang bisa diajak omong, menjadi bapak dan ibu, tetapi sekaligus bisa menjadi sahabat tempat curahan hati di kala beban hidup meresa berat. Kemampuan orang tua mengkomunikasikan dirinya menjadi syarat utama terciptanya kondisi seperti ini. Teladan hidup merupakan sarana paling ampuh dalam mendidik anak-anaknya. Menghargai, memuji dan mengakui hasil karya yang dihasilkan oleh anak akan menumbuhkan kepercayaan diri. Memberikan kepercayaan kepada anak merupakan langkah membuat anak menjadi semakin dewasa dan bertanggung-jawab.
Mengembalikan anak ke rumah berarti menghargai dan menerima hak-hak anak. Membiarkan mereka mengalami dunianya sebagai anak. Betapa sering dalam kehidupan, kita melihat orang tua yang memberikan begitu banyak beban kepada anak-anaknya dengan alasan masa depan. Memaksa anak mengambil les ini dan les itu, sehingga seluruh waktunya habis untuk hal yang kadang kala bukan apa yang dibutuhkan oleh anak itu. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mempunyai waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Menikmati dunianya dengan segala kebebasannya tanpa merasa takut dengan adanya berbagai macam larangan dan ancaman dari orang tua.
Mengembalikan anak ke rumah berarti membuat orang tua menjadi sadar bahwa pendidikan anak-anak bukan hanya masalah sekolah. Tetapi membuat orang tua menjadi semakin yakin bahwa guru utama anak-anak di lingkungan rumah adalah dirinya sendiri. Perkembangan kehidupan moral dan keagamaan anak sangat tergantung dari peranan orang tua menjadi guru bagi anaknya ini. Selain tugas orang tua menjadi guru utama di rumah, unsur lain yang kiranya juga tidak bisa diabaikan sebagai tugas adalah menciptakan kondisi rumah menjadi asri. Bukan hanya asri dari segi keindahan dan kebersihan tetapi asri dan nyaman dari situasi relasi kedua orang tuanya. Dengan segala kondisi di atas ini diharapkan bahwa harapan orang tua menjadikan anak yang baik, taat patuh kepada orang tua, berbakti kepada negara, bangsa dan Gereja bukanlah harapan yang mustahil, tetapi sungguh akan menjadi suatu kenyataan bagi setiap keluarga kristiani.

No comments: